Pustaka Isa

Pustaka Pribadi Isa Mujahid Islam

Bai’at

Bai’at secara bahasa artinya menjual. Secara istilah, kita “menjual” jiwa kita kepada seorang Imam yang diberi wewenang oleh Allah Ta’ala untuk menerima Bai’at. Bai’at juga berarti janji setia kepada sang Imam atau Khalifah.

Jika seseorang berkeingian untuk bai’at atau bergabung dengan Jamaah yang dipimpin oleh seorang Khalifah, maka hendaknya kita.

Perintah Rasulullah saw untuk Berbaiat dan Taat kepada Khalifah

Diriwayatkan dari Al-Bukhari, bahwa hendaknya kaum Muslimin bisa mentaati khalifah dengan cara berbaiat kepada mereka dan mentaatinya semaksimal mungkin. Kita akan mempertanggungjawabkan amal kita, Khalifah akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan mereka.

Bai’at Merupakan Sunnah Rasulullah saw

Beberapa contoh baiat di zaman Rasulullah saw adalah

Baiat Setelah kewafatan Rasulullah saw

Artikel tentang Baiat

  1. Hakikat Bai'at
  2. Permohonan Penting Bagi yang Siap Baiat

Bai’at dalam Jemaat Ahmadiyah

Jemaat Ahmadiyah dengan karunia Allah Ta’ala telah mempunyai Khalifah sebagai pemimpin atau Imam secara ruhani.

Janji Baiat yang hendaknya dipenuhi untuk bergabung dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah adalah:

Orang yang bai’at berjanji dengan hati yang jujur bahwa :

  1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik.

  2. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.

  3. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim salawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah s.a.w dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.

  4. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga.

  5. Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala. Dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.

  6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Qur’an Suci di atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.

  7. Meninggalkan takabur, sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah-lembut, berbudi pekerti yang halus, dan sopan-santun.

  8. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hatanya, anak-ananknya, dan dari segala yang dicintainya.

  9. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya.

  10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud” semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja.

Oleh: Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud (as) Diterjemahkan dari “Isytihar Takmil Tabligh”

Sumber: