Pustaka Isa

Pustaka Pribadi Isa Mujahid Islam

Sunnah-sunnah dalam Puasa

Disamping amalan wajib dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah (saw) melaksanakan juga amalan-amalan yang sifatnya sunnah. Dengan mengamalkan amalan tersebut semoga bisa menyempurnakan ibadah wajib kita, khususnya puasa. Seperti diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang menyampaikan wahyu dari Allah Ta’ala:

...انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

“Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu.” (H.R. Tirmidzi) [1]

Jadi itu menunjukkan bahwa ibadah sunnah akan melengkapi kekurangan-kekurangan dari ibadah wajib yang kita lakukan. Berikut ini amalan-amalan sunnah yang dilakukan Rasulullah saw di bulan puasa

Makan Sahur

Rasulullah saw terbiasa untuk makan sahur ketika akan melaksanakan puasa. Diriwayatkan,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ ...

…dari Zaid bin Tsabit berkata,

“Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kami menegakkan shalat. “ … (H.R. Bukhari) [2]

Pada satu waktu Rasulullah saw tidak mempunyai makanan untuk dimakan, tetapi beliau tetap melaksanakan puasa. Puasa Ramadhan hukumnya wajib dilaksanakan walaupun kita tidak mendapati sesuatu pun untuk makan sahur karena hukum sahur adalah sunnah. Diriwayatkan dalam Sahih Muslim,

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لَا قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ

Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata; Pada suatu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemui dan bertanya,

“Apakah kamu mempunyai makanan?”

kami menjawab,

“Tidak.”

Beliau bersabda:

“Kalau begitu, saya akan berpuasa.”

(H.R. Muslim) [3]

Sahur Mendekati Shubuh

Diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari,

قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً

Dari Zaid bin Tsabit radliallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah (saw):

“Berapa antara adzan (Shubuh) dan sahur?”.

Nabi (saw) menjawab:

“Sebanyak ukuran bacaan lima puluh ayat”. (HR. Bukhari) [2]

Menyegerakan dalam Berbuka

Diriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda,

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia senantiasa ada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. (H.R. Bukhari) [4]

Berbuka dengan Kurma atau Air Putih

Diriwayatkan dalam Hadits Jami’ at-Tirmidzi,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam selalu berbuka dengan kurma basah sebelum shalat, jika beliau tidak mendapatinya, maka (beliau berbuka) dengan kurma kering dan jika tidak mendapatkan kurma kering, beliau berbuka dengan meneguk air tiga kali. (H.R. Tirmidzi) [5]

Abu Isa (Tirmidzi) menambahkan lagi,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُفْطِرُ فِي الشِّتَاءِ عَلَى تَمَرَاتٍ وَفِي الصَّيْفِ عَلَى الْمَاءِ

Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berbuka pada musim dingin dengan kurma dan pada musim panas dengan air. (H.R. Tirmidzi) [5]

Berbuka puasa dengan kurma ada keberkahan atau berbuka dengan air karena sifatnya yang membersihkan atau mensucikan. Diriwayatkan,

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِّيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ زَادَ ابْنُ عُيَيْنَةَ فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فَإِنَّهُ طَهُورٌ

Dari Salman bin ‘Amir Ad Dlabbi dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian berbuka, maka berbukalah dengan kurma.”

Ibnu ‘Uyainah menambahkan:

“Karena sesungguhnya ia berbarakah, jika tidak ada (kurma), maka berbukalah dengan minum air, karena sesungguhnya ia thahur (suci lagi mensucikan).”

(H.R. Tirmidzi) [6]

Berdoa Ketika Berbuka

Diriwayatkan dalam Hadits Sunan Abu Dawud,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

allaahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu (Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan dengan rejeki-Mu aku berbuka). (H.R. Abu Dawud) [7]

Dalam riwayat yang lain,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

dzahabazh zhamaa’u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatil ajru in syaa-allaah (Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala insya Allah). (H.R. Abu Daud) [8]

Banyak Bersedekah

Diriwayatkan dalam Hadits Sahih al-Bukhari,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Bahwa Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma meriwayatkan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus”. (HR. Bukhari) [9]

Memperlihatkan Akhlak yang Baik

Dalam satu hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulullah saw,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ ...

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang berpuasa (beliau [saw] mengulang ucapannya dua kali)…” (H.R. Bukhari) [10]

Banyak membaca Alquran

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersama malaikat jibril membaca Alquran sekali atau dua kali di bulan Ramadhan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ

…dari Abu Hurairah ia berkata; “Biasa Jibril mengecek bacaan Al Quran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekali pada setiap tahunnya. Namun pada tahun wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Jibril melakukannya dua kali… (H.R. Bukhari) [11]

Untuk meneladaninya, maka hendaknya kita membaca Alquran di bulan Ramadhan dan mengkhatamkannya sekali atau dua kali.

Shalat Tarawih

Diriwayatkan dalam Hadits Sunan an-Nasa’i

كَانَ يُرَغِّبُ النَّاسَ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةِ أَمْرٍ فِيهِ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) menganjurkan manusia untuk melakukan qiyamur-Ramadhan (shalat tarawih) tanpa menyuruh mereka dengan perintah yang mengharuskan dalam hal itu, lalu bersabda: “Barangsiapa yang melakukan qiyamur-Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dari dosanya yang telah berlalu.” (H.R. an-Nasa’i) [12]

I’tikaf

Diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

…dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri’tikaf setelah kepergian Beliau. (HR. Bukhari) [13]

Catatan Kaki